Senin, 31 Oktober 2011

Bab 3 Metodologi Penelitian

Ani Purwaningsih
3ea11
10209853
Ketimpangan Distribusi Pendapatan




BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN


METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan cara sekunder yaitu melihat sebagian data laporan dari pihak tertentu dan berasal dari browsing di internet. Populasi yang dilihat adalah rumah tangga, penarikan sampel rumah tangga dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan daerah yang terpilih untuk dijadikan sampel yang dapat mewakili populasi. Selanjutnya rumah tangga yang dijadikan sampel didasarkan strata jenis profesi/jenis peker-jaan yang dimiliki rumah tangga. Tujuan pengelompokan ini adalah mendapatkan variasi dari setiap strata yang lebih kecil daripada variasi keseluruhan populasi sehingga akan menghasilkan dugaan yang memiliki ketepatan lebih tinggi.
Indikator Distribusi Pendapatan
Koefisien Gini adalah parameter yang digunakan untuk mengukur ketimpangan distribusi pendapatan. Koefisien Gini bernilai antara 0 sampai dengan 1 yang merupakan rasio antara luas area antara kurva Lorenz dengan garis kemerataan sempurna dengan luas area di bawah kurva Lorenz seperti yang nampak pada Gambar 1. Jadi koefisien Gini yang rendah meng-indikasikan bahwa distribusi pendapatan semakin merata, sebaliknya semakin besar koefisien Gini mengindikasikan distribusi yang semakin timpang (senjang) antar kelompok penerima pendapatan. Secara ekstrim diartikan bahwa koefisien Gini sebesar 0 berarti terdapat kemerataan sempurna (setiap orang memperoleh pendapatan yang sama persis) dan koefisien Gini sebesar 1 menunjukkan ketidak-merataan sempurna (di mana satu orang memiliki/menguasai seluruh pendapatan totalnya, sementara lainnya tidak mem-peroleh pendapatan sama sekali). Sumbu horisontal mewakili jumlah populasi penerima pendapatan dan sumbu vertikal menggambarkan pendapatan yang diterima oleh masing-masing persentase penduduk (Todaro, 1981). Garis Kurva Lorenz akan berada di atas garis horisontal, bila kurva tersebut menjauh dari kurva diagonal maka tingkat ketimpangan akan semakin tinggi.
Kurva Lorenz adalah kurva yang menggambarkan fungsi distribusi pen-dapatan kumulatif. Jika kurva Lorenz tidak diketahui, maka pengukuran ketimpangan distribusi pendapatan dapat dilakukan dengan rumus koefisien Gini yang dikembangkan oleh Gini (1912). Kurva lorenz memperlihatkan hubungan kuantitatif aktual antara persentase jumlah penduduk penerima pendapatan tertentu dari total penduduk dengan persentase pendapatan yang benar benar mereka peroleh dari total pendapatan selama 1 tahun. Semakin jauh jarak kurva lorenz darii garis diagonal ( yang merupakan garis pemerataan sempurna) maka semakin timpang atau tidak merata distribusi pendapatannya
Nilai gini berada pada selang 0 sampai dengan 1. Bila nilai gini mendekati satu maka terjadi ketidakmerataan dalam pembagian pendapatan. Sedangkan semakin kecil atau mendekati nol suatu nilai gini maka semakin meratanya distribusi pendapatan aktual dan pengeluaran konsumsi. Indeks/Rasio Gini merupakan koefisien yang berkisar 0 sampai 1, yang menjelaskan kadar ketimpangan distribusi pendapatan nasional.
*     Semakin kecil angka ini, semakin merata distribusi pendapatan
*  Semakin besar angka ini, semakin tidak merata distribusi pendapatan

Angka Gini ini dapat ditaksir secara visual langsung dari kurva Lorenz. Semakin kecil angka ini ditunjukkan kurva lorenz yang mendekati diagonal yang berarti kecil luas area dan sebaliknya

GC  = Gini Coefficient / Rasio Gini
fi     = Proporsi Jumlah Rumah Tangga dalam kelas t
Xi   = Proporsi Jumlah Komulatif Rumah Tangga dalam kelas t
Yi   = Proporsi Jumlah Komulatif Pendapatan dalam kelas t

Bank dunia mengklasifikasikan ketidakmerataan berdasarkan tiga lapisan:
*     40 % penduduk berpendapatan terendahè Penduduk termiskin
*     40 % penduduk berpendapatan menengah
*     20 % penduduk berpendapatan tinggi


KLASIFIKASI : 
Ketimpangan Parah        = distribusi pendapatannya 40 % penduduk berpendapatan rendah menikmati < 12 % pendapatan nasional
Ketimpangan Sedang     = distribusi pendapatannya 40 % penduduk berpendapatan rendah menikmati 12 - 17 % pendapatan nasional
Ketimpangan Lunak (Distribusi Merata) = 40 % penduduk berpendapatan rendah menikmati > 17 % pendapatan nasional


Hubungan Ketidakmerataan Pendapatan dengan Tingkat Pendapatan diuji dengan menggunakan Analisis Regresi Kuadratik (quadratic regression analysis); ketimpangan distribusi pendapatan (diukur dengan angka Indeks Gini) sebagai peubah tidak bebas (dependent variable) dan pendapatan perkapita sebagai peubah bebas (independent variable). Hubungan kedua peubah tersebut disederhanakan dalam persamaan regresi kuadratik berikut ini.

Variabel yang digunakan :

dimana:
IG    = Nilai Indeks Gini distribusi pendapatan antar rumah tangga
PP    = Pendapatan per kapita
α       = Konstanta
β1       = Koefisien regresi terhadap peubah pendapatan per kapita
β2     = Koefisien regresi terhadap peubah pendapatan per kapita kuadrat

Dari hasil analisis regresi kuadratik (quadratic regression analysis) didapat persamaan regresi. Dari persamaan tersebut dihitung titik balik (turning point). Penghitungan titik balik dilakukan dengan menyelesaikan persamaan yang diperoleh dari turunan pertama persamaan regresi yang disamakan dengan nol.



Pustaka :
http://journal.uii.ac.id/index.php/JEP/article/viewFile/222/218


Tugas ini di berikan oleh Pak Prihantoro

Senin, 24 Oktober 2011

Bab 2 Landasan Teori "Metode Riset"

Ani Purwaningsih
3ea11
10209853
Metode Riset

BAB 2
LANDASAN TEORI


1.      Teori Dasar
1.1    Kemiskinan dan Distribusi pendapatan

Teori kemiskinan menurut Michael Sherraden (2006:46-54) dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yang saling bertentangan dan satu kelompok teori yang tidak memihak (middle ground), yaitu teori yang memfokuskan pada tingkah laku individu (behavioral), teori yang mengarah pada struktur social, dan yang satu teori mengenai budaya miskin. Banyak negara sedang berkembang yang mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada tahun 1960-an mulai menyadari bahwa per-tumbuhan yang tinggi hanya sedikit man-faatnya dalam memecahkan masalah kemiskinan.
Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi banyak dirasakan orang tidak memberikan pada pemecahan masalah kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan ketika tingkat pertumbuhan eko-nomi yang tinggi tersebut diiringi dengan meningkatnya tingkat pengangguran dan pengangguran semu di daerah pedesaaan maupun perkotaan. Distribusi pendapatan antara kelompok kaya dengan kelompok miskin semakin senjang. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi ternyata telah gagal untuk menghilangkan atau bahkan mengurangi luasnya kemiskinan absolut di negara-negara sedang berkembang.
Adelman dan Morris (1973) dalam Arsyad (2004) mengemukakan 8 faktor yang menyebabkan ketidakmerataan distribusi pendapatan di negara-negara sedang berkembang, yaitu:
a. Pertambahan penduduk yang tinggi yang mengakibatkan menurunnya pendapatan per kapita
b. Inflasi dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara proporsional dengan pertambahan produksi
c.       Ketidakmerataan pembangunan antar daerah
d.     Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal (capital intensive), sehingga persentase pendapatan modal dari tambahan harta lebih besar dibandingkan dengan persentase pendapatan yang berasal dari kerja, sehingga pengangguran bertambah
e.       Rendahnya mobilitas social
f.  Pelaksanaan kebijak-sanaan industri substitusi impor yang meng-akibatkan kenaikan harga-harga barang hasil industri untuk melindungi usaha-usaha golongan kapitalis
g.    Memburuknya nilai tukar (term of trade) bagi negara-negara sedang berkembang dalam perdagangan dengan negara-negara maju, sebagai akibat ketidakelastisan permintaan negara-negara terhadap barang ekspor negara-negara sedang berkembang
h.      Hancurnya industri-industri kerajinan rakyat seperti pertukangan, industri rumah tangga, dan lain-lain.

            Distribusi pendapatan dapat berwujud pemerataan maupun ketimpangan, yang menggambarkan tingkat pembagian pendapatan yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi. Distribusi dari suatu proses produksi terjadi setelah diperoleh pendapatan dari kegiatan usaha. Pengukuran masalah pemerataan telah sejak lama menjadi perdebatan di kalangan ilmuan. Namun, pendekatan pengukuran yang sering digunakan untuk mengukur ketidakmerataan dari distribusi pendapatan adalah Gini coefficient yang dibantu dengan menggunakan Lorentz curve. Untuk mengukur tingkat kemiskinan digunakan metode headcount measure dan poverty gap. Ukuran yang dipakai dalam menentukan ketidakmerataan baik di tingkat wilayah maupun rumah tangga adalah gini coefficient dan tingkat kemiskinan.

2.      Tinjauan Riset Terdahulu

     Menurut studi Mocan (1999) dan Blejer dan Guererro (1990) variabel makro-ekonomi berpengaruh terhadap distribusi pendapatan adalah seperti inflasi dan pengangguran. Sementara itu studi lain menurut Auten dan Carroll (1999) serta Feenberg dan Poterba (1993) menunjukkan pengaruh kebijakan fiskal terutama tingkat pajak juga berpengaruh terhadap ketidakmerataan distribusi pen-dapatan. Menurut Atkinson (1976) yang dikutip oleh Rusli, et.al (1996) mendefinisikan bahwa ketidakmerataan pendapatan sebagai perbedaan, persebaran, atau pemusatan pendapatan, yang keseluruhannya berpangkal pada ketidaksamaan dilihat secara kumulatif. More (1990) berpendapat bahwa tingkat ketidakmertaan pendapatan, pada kenyataannya mengikuti pola berbentuk U terbalik untuk kasus pertumbuhan dengan melebarnya sektor berpendapatan tinggi.

3.      Pengembangan Hipotesis
            Bahwa adanya ketidakmerataan distribusi pendapatan yang didorong oleh beberapa faktor yaitu inflasi, pengangguran, kemiskinan, kebijakan fiskal terutama tingkat pajak dan adanya faktor ketidakmerataan distribusi pendapatan rumah tangga berkaitan erat dengan ketidakmerataan distribusi penguasaan lahan pertanian, distribusi pendidikan angkatan kerja rumah tangga dan distribusi pendapatan yang berasal dari sektor pertanian

Pustaka :



 Tugas ini diberikan oleh Pak Prihantoro

Revisi Bab 1 Pendahuluan " Metode Riset "

Ani Purwaningsih
3ea11
10209853

Tema   :  Ketimpangan Distribusi Pendapatan



ANALISIS TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI INDONESIA



BAB 1
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang Masalah
Ø  Fenomena
Keadaan masyarakat Indonesia terhadap terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan adalah suatu masalah utama dalam distribusi pendapatan. Berdasarkan pemahaman yang mendalam mengenai masalah ketidakmerataan dan kemiskinan ini memberikan dasar yang baik untuk menganalisis masalah pembangunan yang lebih khusus seperti : pertumbuhan jumlah penduduk, pengangguran, pembangunan pedesaan, pendidikan, perdagangan internasional dan lainnya. Pada dekade 1980-an hingga pertengahan dekade 1990-an, sebelum krisis ekonomi, Indonesia memang menikmati laju pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) yang relative tinggi tetapi tingkat kesenjangan juga semakin besar dan jumlah orang miskin terlalu banyak. krisis nilai tukar rupiah muncul dan berubah menjadi suatu krisis ekonomi yang paling kompleks yang penah dialami oleh Indonesia, paling tidak sejak orde baru berkuasa. Krisis ini yang akhirnya menciptakan suatu resesi ekonomi yang besar dengan sendirinya memperbesar tingkat kemiskinan dan gap dalam distribusi pendapatan di tanah air, bahkan menjadi jauh lebih parah dibandingkan dengan kondisi pada dekade 1980-an.

Ø  Riset Terdahulu
Menurut para ahli mengenai faktor penyebab terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan dapat dikemukakan diantaranya oleh Mocan (1999), Blejer dan Guererro (1990) bahwa penyebab ketidakmerataan distribusi pendapatan adalah faktor inflasi dan pengangguran. Menurut Auten dan Carroll (1999) serta Feenberg dan Poterba (1993) yaitu menunjukkan adanya pengaruh kebijakan fiskal terutama tingkat pajak. Menurut Atkinson (1976) yang dikutip oleh Rusli, et.al (1996) mendefinisikan bahwa ketidakmerataan pendapatan sebagai perbedaan, persebaran, atau pemusatan pendapatan, yang keseluruhannya berpangkal pada ketidaksamaan dilihat secara kumulatif. Pemerataan hasil-hasil pembangunan biasanya dikaitkan dengan masalah ketimpangan, kesenjangan, dan kemiskinan. Faktor-faktor yang berkaitan dan berpengaruh terhadap distribusi pendapatan rumah tangga dikategorikan ke dalam faktor internal dan faktor eksternal. Khusus faktor internal adalah faktor yang berasal dari intern rumah tangga itu sendiri. Faktor-faktor tersebut meliputi sumberdaya tenaga kerja rumah tangga dan komponen pendapatan itu sendiri (Becker, 1993).

Ø  Motivasi Penelitian
            Berdasarkan fenomena dan riset terdahulu (Mocan (1999), Blejer dan Guererro (1990) serta rekomendasi menurut Auten dan Carroll (1999) serta Feenberg dan Poterba (1993)  yang telah di paparkan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi penelitian yang di ambil adalah tentang faktor penyebab terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan

2.      Perumusan Masalah
Berdasarkan motivasi penelitian di atas maka perumusan masalahnya adalah tentang faktor – faktor penyebab terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan. Hal tersebut untuk mempertimbangkan ketimpangan distribusi pendapatan sebagai pertimbangan dalam strategi pembangunan dan memprioritaskan kebijakan penanggulangan kemiskinan dan ketimpangan pendapatan atau kesenjangan ekonomi di Indonesia.

3.      Masalah
Bagaimana pengaruh faktor penyebab terjadinya kesenjangan distribusi pendapatan, karena ketimpangan pendapatan dan kemiskinan menjadi masalah yang sangat besar jika tidak segera ditindaklanjuti. Banyak literatur menyatakan bahwa penurunan kemiskinan yang berkelanjutan membutuhkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkepanjangan.

4.      Tujuan  Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan dan mengetahui seberapa besar ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia.

Pustaka :
 http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/analisis_kemiskinan_dan_ketimpangan_distribusi_pendapatan.pdf

http://virasabila.webnode.com/news/struktur-produksi-distribusi-pendapatan-dan-kemiskinan/

 Tugas ini di berikan oleh Pak Prihantoro

Kamis, 13 Oktober 2011

Tugas Perilaku Konsumen Pertemuan ke 1 (Analisis Bab 1-3)

Nama   :  Ani Purwaningsih
Kelas   :  3ea11
Npm    :  10209853

Softskill " Perilaku Konsumen " Pertemuan I ( Studi kasus Bab 1 - 3 )



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang Masalah
Pada umumnya perilaku konsumen mempunyai karakter dalam memilih barang yang di inginkan. Konsumen dapat mengangap mempunyai satu karakter yang sama. Oleh karena itu konsekuensi kebutuhan maupun usaha konsumen untuk memperoleh barang juga berperilaku seragam. Meskipun dalam kenyataan, tidaklah demikian. Pemasar juga mengabaikan perbedaaan – perbedaan yang ada. Di era global seperti ini pembangunan ekonomi semakin tinggi ditandai dengan persaingan perusahaan selaku produsen yang menghasilkan barang dan jasa. Pemasar dapat mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumennya salah satunya adalah melalui perantara yang digunakan dalam penyebaran produknya yaitu melalui perdagangan eceran. Perilaku konsumen dalam melakukan pembelian produk maupun jasa di pengaruhi oleh banyak factor yang saling berinteraksi satu sama lain. Misalnya pesaing pada penjualan produk pasta gigi.

1.2      Perumusan Masalah
Dengan adanya latar belakang masalah yang sudah dijelaskan di atas maka rumusan masalah yang terjadi adalah tentang perilaku konsumen,
segmentasi pasar dan analisis demografis,serta proses pengambilan keputusan oleh konsumen. Sehingga dapat ditentukan keputusan apa yang di ambil oleh seorang konsumen

1.3      Landasan Teori
Perilaku konsumen adalah proses di mana seseorang sedang melakukan aktifitas dalam mencari, memilih, membeli, demi memenuhi semua yang di perlukan dalam kehidupan sehari-hari. Pemasar mampu melihat perbedaan-perbedaan karakter maupun perilaku karakter maupun perilaku pasar yang ada. Perilaku pasar pada kenyataannya lebih bersifat heterogen. Keragaman perilaku pasar akan memerlukan barang dan usaha-usaha memperoleh barang yang juga beragam. Pemasar merasa perlu mengelompokkan pasar yang heterogen tersebut ke dalam bagian-bagian pasar yang mempunyai perilaku lebih seragam. Jadi segmentasi pasar yang dimaksud adalah proses membagi-bagi pasar yang semula berperilaku heterogen menjadi beberapa kelompok pasar yang sekarang berperilaku lebih seragam.



BAB 2
PEMBAHASAN

2.1      Pembahasan
Atas dasar landasan teori yang di buat, maka dapat dirincikan bahwa tulisan ini akan mengulas mengenai perilaku konsumen, segmentasi pasar dan analisis demografis, serta proses pengambilan keputusan oleh konsumen.

2.1.1   Perilaku Konsumen
Konsumen membeli barang dan jasa adalah untuk mendapatkan manfaat dari barang dan jasa tersebut. Jadi perilaku konsumen tidak hanya mempelajari apa yang dibeli atau dikonsumsi oleh konsumen saja, tetapi juga dimana, bagaimana kebiasaan dan dalam kondisi macam apa produk dan jasa yang dibeli.
Menurut Kotler (1997) ada beberapa tahap dalam mengambil suatu keputusan untuk melakukan pembelian, antara lain:
1.    Pengenalan Masalah
Merupakan faktor terpenting dalam melakukan proses pembelian, dimana pembeli akan mengenali suatu masalah atau kebutuhan.
2.   Pencarian Informasi.
Seorang selalu mempunyai minat atau dorongan untuk mencari informasi.
Apabila dorongan tersebut kuat dan obyek yang dapat memuaskan kebutuhan itu tersedia maka konsumen akan bersedia untuk membelinya.
3.   Evaluasi Alternatif
Konsumen akan mempunyai pilihan yang tepat dan membuat pilihan alternatif secara teliti terhadap produk yang akan dibelinya.
4.   Keputusan Pembeli
Setelah konsumen mempunyai evaluasi alternatif maka konsumen akan membuat keputusan untuk membeli. Penilaian keputusan menyebabkan konsumen membentuk pilihan merek di antara beberapa merek yang tersedia.


FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN

Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (1996) keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli.
·         Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen. Perusahaan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya.

Contoh Kasus :
Minyak goreng (migor) yang beredar di pasar pada dasarnya terbagi 2 kategori besar, yakni migor curah dan migor dalam kemasan (botol, refill  atau jerigen). Dalam studi kasus ini yang akan dibahas adalah migor dalam kemasan. Migor dalam kemasan terbagi lagi dalam beberapa jenis, antara lain kemasan 1liter, 2 liter dan 5 liter. Beberapa merek migor yang beredar di pasar diantaranya merek-merek yang sudah terkenal seperti Filma dan Bimoli. Ada jugabeberapa merek migor yang diproduksi oleh satu perusahaan, seperti Tropical,Frais Well dan Hemart. Terlepas dari strategi pemasaran dan diversifikasi merek family product  yang dilakukan oleh masing-masing perusahaan, bervariasinya merek migor di pasar dapat memberikan banyak pilihan kepada konsumen untuk memiliki alternatif keputusan pembelian migor.








Kesimpulan
Perilaku konsumen migor di Kota Malang menunjukkan sensitivitasnyaterhadap faktor harga. Preferensi yang terungkap menyatakan bahwakeputusan pembelian migor sangat dipengaruhi oleh elastisitas harga produk.Sedangkan atribut produk yang melekat pada migor sebagian besar tidak terlalu dipentingkan kecuali hal yang berhubungan dengan harga produk.
           
2.1.2  Segmentasi Pasar dan Analisis Demografis
Basis segmentasi pembagian pasar bagi produk perusahaan satu dengan yang lain belum tentu sama. Basis segmentasi untuk pasar konsumen yang paling umum dapat di gunakan adalah aspek geografis, demografis, psikografis, dan perilaku
a)      Geografis (wilayah, pemukiman, perkotaan)
Pasar dapat di bedakan menurut batas-batas wilayah atau daerah. Misalnya pasar daerah barat dan daerah timur
b)      Demografis (usia, jenis kelamin, pendapatan, pendidikan, pekerjaan)
Pasar dapat dibedakan menurut perbedaan misalnya usia. Perilaku pasar kanak-kanak akan berbeda dengan pasar dewasa
c)      Psikografis (sikap, motivasi, persepsi)
Pasar dapat di bedakan menurut perbedaan misalnya sikap konsumen terhadap produk tertentu
d)     Kebiasaan (membeli, mengkonsumsi)

Perubahan Struktur Pasar Konsumen

a.   Pasar Persaingan Sempurna
Jenis pasar persaingan sempurna terjadi ketika jumlah produsen sangat banyak sekali dengan memproduksi produk yang sejenis dan mirip dengan jumlah konsumen yang banyak.
Contoh produknya : adalah seperti beras, gandum, batubara, kentang, dan lain-lain. Sifat-sifat pasar persaingan sempurna :
- Jumlah penjual dan pembeli banyak
- Barang yang dijual sejenis, serupa dan mirip satu sama lain
- Penjual bersifat pengambil harga (price taker)
- Harga ditentukan mekanisme pasar permintaan dan penawaran (demand and supply)
- Posisi tawar konsumen kuat
- Sulit memperoleh keuntungan di atas rata-rata
- Sensitif terhadap perubahan harga
- Mudah untuk masuk dan keluar dari pasar

b.   Pasar Monopolistik
Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk
tersebut berbeda-beda antara produsen yang satu dengan yang lain. Contoh produknya adalah seperti makanan ringan (snack), nasi goreng, pulpen, buku, dan sebagainya. Sifat-sifat pasar monopolistik :
- Untuk unggul diperlukan keunggulan bersaing yang berbeda
- Mirip dengan pasar persaingan sempurna
- Brand yang menjadi ciri khas produk berbeda-beda
- Produsen atau penjual hanya memiliki sedikit kekuatan merubah harga
- Relatif mudah keluar masuk pasar

c.   Pasar Oligopoli
Pasar oligopoli adalah suatu bentuk persaingan pasar yang didominasi oleh beberapa produsen atau penjual dalam satu wilayah area. Contoh industri yang termasuk oligopoli adalah industri semen di Indonesia, industri mobil di Amerika Serikat, dan sebagainya. Sifat-sifat pasar oligopoli :
- Harga produk yang dijual relatif sama
- Pembedaan produk yang unggul merupakan kunci sukses
- Sulit masuk ke pasar karena butuh sumber daya yang besar
- Perubahan harga akan diikuti perusahaan lain

d.  Pasar Monopoli
Pasar monopoli akan terjadi jika di dalam pasar konsumen hanya terdiri dari satu produsen atau penjual. Contohnya seperti microsoft windows, perusahaan listrik negara (pln), perusahaan kereta api (perumka), dan lain sebagainya. Sifat-sifat pasar monopoli :
- Hanya terdapat satu penjual atau produsen
- Harga dan jumlah kuantitas produk yang ditawarkan dikuasai oleh perusahaan monopoli

2.1.3    Proses Pengambilan Keputusan Oleh Konsumen
Berdasarkan asumsi rasionalitas, maka konsumen akanmengambil keputusan memilih merek migor yang ditunjukkan oleh titik singgung antara kurva batas efisiensi dengan salah satu kurva indiferensnya. Apabila titik singgung itu tidak terletak di salah satu sudut garis batas efisiensi yang membentuk suatu garis lurus seperti pada titik M, maka untuk memaksimumkan kepuasan, konsumen dapat memilih kombinasi atribut yang menghubungkan garis kombinasi kepuasan atribut yang membentuk bagian batas efisiensi yang disinggung oleh kurvaindiferens konsumen tersebut. Dalam konteks ini, perubahan harga produk dan pendapatan konsumen diasumsikan tetap.

Faktor-faktor yang mempengaruhi jangkauan pemecahan masalah :
1.      Alternatif-alternatif dibedakan dengan cara yang relevan, misalnya pembelian rumah, alternatif pemilihan adalah lingkungan rumah (bersih, tidak banjir, dekat kota atau mudah transportasi), bahan baku, harga (cicilan rendah dan lama)
2.    Tersedia waktu yang memadai untuk pertimbangan yang mendalam untuk membeli produk.
3.      Terdapat tingkat keterlibatan (relevansi pribadi) yang tinggi yang menyertai
pembelian.

Struktur keputusan membeli sangat penting, karena sesudah menetukan kebutuhan dan mempunyai keinginan akan produk tertentu, konsumen diharapkan untuk memunculkan keputusan untuk membeli. Ada tujuh struktur keputusan membeli yang mempengaruhi konsumen :
a.      Keputusan tentang jenis produk
b.      Keputusan tentang jenis produk
c.      Keputusan tentang merek
d.      Keputusan tentang penjualan
e.       Keputusan tentang jumlah produk
f.       Keputusan tentang waktu pembelian
g.      Keputusan tentang cara pembayaran



BAB 3
PENUTUP

1.      Kesimpulan dan Saran
Pemanfaatan akan perilaku konsumen dapat diaplikasikan dalam beberapa hal, yang pertama adalah untuk merancang sebuah strategi pemasaran yang baik, misalnya menentukan kapan saat yang tepat perusahaan memberikan diskon untuk menarik pembeli. Kedua, perilaku konsumen dapat membantu pembuat keputusan membuat kebijakan public dan yang ketiga adalah dalam hal pemasaran social, yaitu penyebaran ide di antara konsumen. Dan sebaiknya sebagai seorang konsumen dalam melakukan pembelian, menentukan pasar mana yang akan di tuju dan pengambilan keputusan membeli di lakukan secara benar dan tepat

Sumber Pustaka :