Ani Purwaningsih
3ea11
10209853
Metode Riset
BAB 2
LANDASAN TEORI
1. Teori Dasar
1.1 Kemiskinan dan Distribusi pendapatan
Teori kemiskinan menurut Michael Sherraden (2006:46-54) dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yang saling bertentangan dan satu kelompok teori yang tidak memihak (middle ground), yaitu teori yang memfokuskan pada tingkah laku individu (behavioral), teori yang mengarah pada struktur social, dan yang satu teori mengenai budaya miskin. Banyak negara sedang berkembang yang mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada tahun 1960-an mulai menyadari bahwa per-tumbuhan yang tinggi hanya sedikit man-faatnya dalam memecahkan masalah kemiskinan.
Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi banyak dirasakan orang tidak memberikan pada pemecahan masalah kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan ketika tingkat pertumbuhan eko-nomi yang tinggi tersebut diiringi dengan meningkatnya tingkat pengangguran dan pengangguran semu di daerah pedesaaan maupun perkotaan. Distribusi pendapatan antara kelompok kaya dengan kelompok miskin semakin senjang. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi ternyata telah gagal untuk menghilangkan atau bahkan mengurangi luasnya kemiskinan absolut di negara-negara sedang berkembang.
Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi banyak dirasakan orang tidak memberikan pada pemecahan masalah kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan ketika tingkat pertumbuhan eko-nomi yang tinggi tersebut diiringi dengan meningkatnya tingkat pengangguran dan pengangguran semu di daerah pedesaaan maupun perkotaan. Distribusi pendapatan antara kelompok kaya dengan kelompok miskin semakin senjang. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi ternyata telah gagal untuk menghilangkan atau bahkan mengurangi luasnya kemiskinan absolut di negara-negara sedang berkembang.
Adelman dan Morris (1973) dalam Arsyad (2004) mengemukakan 8 faktor yang menyebabkan ketidakmerataan distribusi pendapatan di negara-negara sedang berkembang, yaitu:
a. Pertambahan penduduk yang tinggi yang mengakibatkan menurunnya pendapatan per kapita
b. Inflasi dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara proporsional dengan pertambahan produksi
c. Ketidakmerataan pembangunan antar daerah
d. Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal (capital intensive), sehingga persentase pendapatan modal dari tambahan harta lebih besar dibandingkan dengan persentase pendapatan yang berasal dari kerja, sehingga pengangguran bertambah
e. Rendahnya mobilitas social
f. Pelaksanaan kebijak-sanaan industri substitusi impor yang meng-akibatkan kenaikan harga-harga barang hasil industri untuk melindungi usaha-usaha golongan kapitalis
g. Memburuknya nilai tukar (term of trade) bagi negara-negara sedang berkembang dalam perdagangan dengan negara-negara maju, sebagai akibat ketidakelastisan permintaan negara-negara terhadap barang ekspor negara-negara sedang berkembang
h. Hancurnya industri-industri kerajinan rakyat seperti pertukangan, industri rumah tangga, dan lain-lain.
Distribusi pendapatan dapat berwujud pemerataan maupun ketimpangan, yang menggambarkan tingkat pembagian pendapatan yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi. Distribusi dari suatu proses produksi terjadi setelah diperoleh pendapatan dari kegiatan usaha. Pengukuran masalah pemerataan telah sejak lama menjadi perdebatan di kalangan ilmuan. Namun, pendekatan pengukuran yang sering digunakan untuk mengukur ketidakmerataan dari distribusi pendapatan adalah Gini coefficient yang dibantu dengan menggunakan Lorentz curve. Untuk mengukur tingkat kemiskinan digunakan metode headcount measure dan poverty gap. Ukuran yang dipakai dalam menentukan ketidakmerataan baik di tingkat wilayah maupun rumah tangga adalah gini coefficient dan tingkat kemiskinan.
2. Tinjauan Riset Terdahulu
Menurut studi Mocan (1999) dan Blejer dan Guererro (1990) variabel makro-ekonomi berpengaruh terhadap distribusi pendapatan adalah seperti inflasi dan pengangguran. Sementara itu studi lain menurut Auten dan Carroll (1999) serta Feenberg dan Poterba (1993) menunjukkan pengaruh kebijakan fiskal terutama tingkat pajak juga berpengaruh terhadap ketidakmerataan distribusi pen-dapatan. Menurut Atkinson (1976) yang dikutip oleh Rusli, et.al (1996) mendefinisikan bahwa ketidakmerataan pendapatan sebagai perbedaan, persebaran, atau pemusatan pendapatan, yang keseluruhannya berpangkal pada ketidaksamaan dilihat secara kumulatif. More (1990) berpendapat bahwa tingkat ketidakmertaan pendapatan, pada kenyataannya mengikuti pola berbentuk U terbalik untuk kasus pertumbuhan dengan melebarnya sektor berpendapatan tinggi.
3. Pengembangan Hipotesis
Bahwa adanya ketidakmerataan distribusi pendapatan yang didorong oleh beberapa faktor yaitu inflasi, pengangguran, kemiskinan, kebijakan fiskal terutama tingkat pajak dan adanya faktor ketidakmerataan distribusi pendapatan rumah tangga berkaitan erat dengan ketidakmerataan distribusi penguasaan lahan pertanian, distribusi pendidikan angkatan kerja rumah tangga dan distribusi pendapatan yang berasal dari sektor pertanian
Pustaka :
Tugas ini diberikan oleh Pak Prihantoro
mantaph... .!
BalasHapus